JAKARTA - Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor panas bumi mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencapai Rp 3,5 triliun dalam setahun terakhir.
Angka ini melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya yang hanya berada di kisaran Rp 1,6 hingga Rp 2,1 triliun. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa lonjakan ini merupakan dampak positif dari penerapan sistem co-binary.
Sistem ini memungkinkan sisa-sisa uap panas bumi dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan listrik tambahan, sehingga efisiensi dan produktivitas proyek meningkat.
Eniya menjelaskan, capaian ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi negara, tetapi juga memperkuat posisi panas bumi sebagai sumber energi yang strategis dan berkelanjutan.
“PNBP dari panas bumi capaiannya luar biasa, dan ini merupakan pencapaian tertinggi yang pernah kita raih,” ungkapnya. Peningkatan ini juga menegaskan bahwa sektor panas bumi mampu menjadi sumber penerimaan signifikan sekaligus mendukung stabilitas energi nasional.
Kapasitas Pembangkit Panas Bumi Bertambah Signifikan
Selain peningkatan PNBP, proyek panas bumi juga mencatat penambahan kapasitas pembangkit sebesar 110 megawatt dalam beberapa bulan terakhir. Tambahan kapasitas ini berasal dari proyek-proyek baru yang berhasil rampung dengan cepat, menunjukkan kemajuan teknologi dan manajemen yang efektif.
Eniya menekankan bahwa kapasitas tambahan ini cukup masif jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, di mana setiap proyek membutuhkan waktu lebih lama untuk mulai beroperasi.
Kapasitas tambahan ini tidak hanya meningkatkan ketersediaan listrik dari sumber energi terbarukan, tetapi juga membantu memenuhi permintaan listrik nasional yang terus meningkat.
Pemanfaatan uap panas bumi secara efisien melalui teknologi co-binary memungkinkan setiap proyek memberikan kontribusi maksimal terhadap jaringan listrik. Hal ini juga sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Panas Bumi
Proyek panas bumi memiliki efek ganda, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan. Secara ekonomi, peningkatan PNBP memberikan tambahan anggaran bagi pemerintah untuk pembangunan dan program prioritas nasional.
Selain itu, proyek ini mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor konstruksi, operasional, hingga pemeliharaan pembangkit.
Dari sisi lingkungan, pemanfaatan panas bumi membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan emisi karbon. Dengan sistem co-binary, sisa uap panas yang sebelumnya terbuang kini dimanfaatkan kembali, sehingga memaksimalkan energi yang dihasilkan sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Eniya menegaskan bahwa pengembangan panas bumi merupakan langkah strategis untuk mendukung transisi energi bersih dan mencapai target energi terbarukan nasional.
Prospek Panas Bumi ke Depan
Ke depan, sektor panas bumi diprediksi akan terus tumbuh dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap penerimaan negara serta ketersediaan listrik nasional. Dengan teknologi efisiensi tinggi dan kapasitas tambahan yang terus bertambah, potensi PNBP dari panas bumi dapat meningkat lebih jauh.
Pemerintah juga terus mendorong pengembangan proyek baru, termasuk perluasan kapasitas pembangkit di lokasi-lokasi strategis.
Eniya menekankan pentingnya dukungan semua pihak, mulai dari investor hingga pemerintah daerah, agar proyek panas bumi berjalan lancar dan berkelanjutan.
Dengan koordinasi yang baik, kapasitas panas bumi diharapkan dapat terus bertambah, memberikan manfaat ekonomi yang signifikan, serta mendukung target transisi energi bersih di Indonesia.
Pencapaian PNBP Rp 3,5 triliun menjadi bukti nyata bahwa panas bumi bukan hanya sumber listrik, tetapi juga motor penggerak ekonomi nasional.