Keindahan Wayang Kulit Indonesia, Seni Tradisi yang Diakui Dunia Internasional

Jumat, 07 November 2025 | 14:04:31 WIB
Keindahan Wayang Kulit Indonesia, Seni Tradisi yang Diakui Dunia Internasional

JAKARTA - Wayang kulit merupakan seni tradisi Indonesia yang menampilkan cerita melalui bayangan boneka datar yang terbuat dari kulit binatang. 

Pertunjukan ini biasanya diiringi musik gamelan yang dimainkan oleh puluhan musisi.

Kesenian ini tetap relevan karena cerita yang diangkat bisa dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman, sehingga menarik perhatian berbagai generasi. Anak muda hingga orang dewasa kini semakin tertarik mempelajari dan menyaksikan pertunjukan wayang kulit.

Selain hiburan, wayang kulit juga menjadi sarana edukasi budaya dan moral. Cerita-cerita yang disajikan menanamkan nilai-nilai seperti kepahlawanan, kejujuran, kesabaran, dan kebijaksanaan.

Sejarah dan Asal Usul Wayang Kulit

Menurut Ki Purbo Asmoro, sejarah wayang kulit memiliki variasi berdasarkan sumber yang digunakan. Beberapa literatur Barat menyebut keberadaannya terdokumentasi pertama kali pada abad ke-11, sedangkan sumber lokal menempatkan awal kemunculannya di era Kerajaan Kediri.

Menariknya, prototipe awal wayang kulit terbuat dari kertas, sebelum akhirnya menggunakan kulit binatang seperti sapi atau kerbau pada masa Kerajaan Demak. Tradisi pembuatan ini tetap dilestarikan hingga saat ini, menjadi ciri khas seni wayang kulit yang autentik.

Keberlanjutan seni ini tak lepas dari peran dalang, seniman yang memainkan wayang sekaligus menceritakan kisah, membawakan dialog tokoh, dan mengatur alur musik. Dalang dianggap sebagai penjaga tradisi sekaligus kreator cerita yang mampu menyesuaikan pertunjukan dengan zaman modern.

Cerita dan Struktur Pertunjukan Wayang

Wayang kulit sering mengangkat kisah dari wiracarita Hindu, terutama Mahabharata dan Ramayana. Tokoh-tokoh populer seperti Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa dikenal luas oleh penikmat pewayangan.

Pertunjukan wayang biasanya dibagi menjadi tiga babak, yakni Pathet Nem, Pathet Sanga, dan Pathet Manyura. Babak pertama memperkenalkan karakter dan latar cerita, babak kedua menghadirkan konflik dan puncak cerita, sementara babak ketiga menampilkan resolusi dan penutup.

Selain plot, dalang juga menyesuaikan adegan dengan musik gamelan, yang memiliki pola ritme dan nada berbeda pada setiap babak. Struktur ini tidak hanya memberikan alur jelas tetapi juga menambah keindahan dan kedalaman emosional pertunjukan.

Jenis, Bentuk, dan Pengakuan Internasional

Wayang kulit termasuk kategori wayang pipih, berbeda dengan wayang tiga dimensi seperti wayang klitik dan wayang golek yang terbuat dari kayu. Perbedaan bentuk juga terlihat pada karakter laki-laki dan perempuan; karakter perempuan atau ‘wayang putren’ memiliki postur lebih feminim dan detail yang halus.

Autentisitas wayang kulit sebagai warisan budaya Indonesia telah diakui secara internasional. Pada 2003, UNESCO menetapkan wayang kulit sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Pengakuan ini bertujuan melestarikan dan menjaga keunikan tradisi pewayangan agar tetap dikenal di seluruh dunia.

Selain pengakuan global, wayang kulit juga menjadi ikon budaya dalam berbagai festival dan pameran seni. Pertunjukan tradisional maupun modern, serta workshop pembuatan wayang, semakin memperkenalkan budaya Indonesia kepada generasi muda dan penonton internasional.

Terkini